Bagi wanita, memilih pasangan hidup harus mempertimbangkan banyak
faktor. Ada yang memilih pria mapan, ada juga memilih pria tampan.
Pemilihan pendamping hidup ini ternyata dapat berdampak pada perilaku
wanita yang khas ketika masa subur.
Wanita yang memilih pria
mapan ketimbang yang tampan cenderung menjaga jarak dan kritis kepada
pasangan saat sedang subur-suburnya. Namun wanita yang memilih pria
tampan atau menarik secara seksual, sikap cerewet dan menyendiri ini
tidak ditemukan saat masa subur.
Penelitian sebelumnya telah
membuktikan bahwa wanita lebih tertarik dan lebih besar kemungkinannya
menikah dengan pria yang mapan ketimbang pria yang tampan. Tujuannya
untuk memastikan keturunannya aman dan hidup sejahtera. Namun penelitian
terbaru menemukan bahwa pilihan ini justru menjadi blunder saat
masa-masa penting dalam menghasilkan keturunan.
"Seorang wanita
mengevaluasi hubungannya secara berbeda pada waktu yang berbeda pula
dalam siklus menstruasinya. Evaluasinya ini tampaknya juga diwarnai oleh
seberapa menarikkah dia memandang pasangannya secara seksual," kata
peneliti, Martie Haselton, seperti dilansir Medical Daily, Jumat (26/10/2012).
Para
peneliti mengamati siklus ovulasi 41 wanita sarjana yang tengah membina
hubungan jangka panjang dengan seorang pria. Peserta diminta menilai
daya tarik seksual pasangannya. Peserta juga diminta menjawab pertanyaan
yang dirancang untuk mengukur stabilitas atau kecocokan pasangan untuk
jangka panjang.
Tak hanya itu, kondisi keuangan pasangan saat ini
dan di masa depan juga dibandingkan dengan kebanyakan pria. Peneliti
kemudian meminta para wanita melaporkan kualitas dan keadaan hubungannya
pada 2 periode yang berbeda dalam siklus menstruasinya, yaitu saat
tepat menjelang ovulasi di mana kondisinya paling subur dan saat
kondisinya kurang subur.
Hasil penelitian yang dimuat jurnal Hormones and Behavior
menunjukkan bahwa wanita yang pasangannya kurang tampan atau kurang
menarik rata-rata mengaku keintimannya berkurang dan lebih cuek kepada
pasangan saat masa subur. Tapi hal sebaliknya justru dialami wanita yang
memiliki pasangan yang tampan atau sesuai dengan keinginan seksualnya.
Para
peneliti lantas mengulangi percobaan ini kepada 67 orang peserta lain.
Kali ini para peserta diminta membuat daftar hal yang menjengkelkan dari
pasangan seperti murung, kekanakan dan sembrono. Ternyata wanita yang
pasangannya kurang seksi lebih dapat mengenali sifat buruk pasangan
ketika sedang subur dibandingkan saat tidak subur.
Para peneliti
menduga kecenderungan sifat wanita yang berubah-ubah ini berasal dari
strategi kawin akibat proses evolusi. Ada kemungkinan wanita berevolusi
untuk tertarik pada ketampanan pria karena dulu terbukti merupakan
indikator gen yang baik. Wanita yang tertarik pada fitur ini bisa
menghasilkan keturunan yang lebih sukses menarik pasangan dan
memperbanyak keturunan.
Namun Haselton yang merupakan seorang
profesor psikologi di University of California, Los Angeles ini
mengatakan bahwa sifat dingin atau uring-uringan ini hanya bersifat
sementara dan tidak mempengaruhi komitmen jangka panjang. Meskipun
mungkin menimbulkan sedikit gangguan, hubungan keduanya tak akan
berakhir begitu saja.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar