Minggu, 09 Desember 2012

Mendeteksi Risiko Autisme dari Tangisan Bayi

Seluruh bayi yang baru lahir pasti akan menangis. Tapi, tangisan ternyata bisa bermanfaat untuk mendeteksi risiko autisme sejak dini. Hal tersebut pun berguna bagi keluarga dan dokter karena gangguan spektrum autisme tak dapat didiagnosis pada anak-anak sebelum ia berusia dua tahun.

Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Autism Research. Peneliti berasal dari Brown Alpert Medical School di Rhode Island dan University of Pittsburgh di Pennsylvania, Amerika Serikat.

Peneliti mempelajari 21 bayi yang dianggap berisiko autisme. Sebab, mereka memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan tersebut. Sebanyak 18 bayi lain digunakan sebagai kontrol dan dianggap tidak berisiko.

Selama enam bulan, peneliti merekam dan mengumpulkan suara bayi-bayi. Selama jeda 45 menit, semua bayi menangis. Peneliti kemudian memisahkan tangisan dalam berbagai kategori, seperti sakit bila bayi terjatuh. Peneliti kemudian menganalisa nyeri yang berhubungan dengan ratapan bayi menggunakan analisis akustik terkomputerisasi.

Tangisan bayi telah digunakan sebelumnya, sehingga kaitan itu tidak sepenuhnya menyimpang. Bahkan, tangisan bayi telah dikaitkan dengan perkembangan otak. Bayi yang menderita trauma selama kelahiran cenderung memiliki ratapan atautangisan bernada tinggi.

Bayi dengan sindrom Down umumnya membuat vokalisasi bernada rendah. Anak yang lebih tua didiagnosis dengan autisme cenderung membuat suara seperti bernyanyi, sehingga peneliti bertanya-tanya apakah mereka bisa melacak sifat itu pada bayi.

Memang, para peneliti menemukan perbedaan antara dua kelompok. Tangisan bayi yang berisiko autisme memiliki kualitas suara yang kasar, kurang jelas, dan menunjukkan ketegangan di pita suara. Tangisan mereka pun lebih tinggi dan lebih bervariasi liar. Pada saat anak-anak tiga tahun, tiga dari mereka telah didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme. Ketiga anak memiliki nada tangisan tertinggi di kelompoknya.

Para peneliti belum jelas apakah perbedaan itu dapat dirasakan oleh telinga manusia, sehingga mereka belum percaya jika orangtua harus memberikan perhatian khusus ke nada tangisan bayi mereka. Namun, temuan itu membutuhkan tindak lanjut karena gejala klasik dari autisme, seperti kesulitan berinteraksi dengan orang lain, sulit didiagnosis sebelum usia dua tahun.

Yang jelas adalah menandai kondisi awal mungkin berarti intervensi bisa dilakukan lebih baik sehingga meningkatkan kualitas kehidupan anak.

"Autisme tampaknya menjadi gangguan yang dimulai perlahan-lahan dan makin jelas dengan bertambahnya usia,” kata Stephen Sheinkopf. "Semakin cepat kita dapat campur tangan, kita bisa membuat perubahan jangka panjang yang bermanfaat untuk anak,” lanjutnya.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar