Seluruh bayi yang baru lahir pasti akan menangis. Tapi, tangisan
ternyata bisa bermanfaat untuk mendeteksi risiko autisme sejak dini.
Hal tersebut pun berguna bagi keluarga dan dokter karena gangguan
spektrum autisme tak dapat didiagnosis pada anak-anak sebelum ia
berusia dua tahun.
Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Autism Research. Peneliti
berasal dari Brown Alpert Medical School di Rhode Island dan University
of Pittsburgh di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Peneliti mempelajari 21 bayi yang dianggap berisiko autisme. Sebab,
mereka memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan tersebut.
Sebanyak 18 bayi lain digunakan sebagai kontrol dan dianggap tidak
berisiko.
Selama enam bulan, peneliti merekam dan mengumpulkan suara bayi-bayi.
Selama jeda 45 menit, semua bayi menangis. Peneliti kemudian memisahkan
tangisan dalam berbagai kategori, seperti sakit bila bayi terjatuh.
Peneliti kemudian menganalisa nyeri yang berhubungan dengan ratapan
bayi menggunakan analisis akustik terkomputerisasi.
Tangisan bayi telah digunakan sebelumnya, sehingga kaitan itu tidak
sepenuhnya menyimpang. Bahkan, tangisan bayi telah dikaitkan dengan
perkembangan otak. Bayi yang menderita trauma selama kelahiran
cenderung memiliki ratapan atautangisan bernada tinggi.
Bayi dengan sindrom Down umumnya membuat vokalisasi bernada rendah.
Anak yang lebih tua didiagnosis dengan autisme cenderung membuat suara
seperti bernyanyi, sehingga peneliti bertanya-tanya apakah mereka bisa
melacak sifat itu pada bayi.
Memang, para peneliti menemukan perbedaan antara dua kelompok. Tangisan
bayi yang berisiko autisme memiliki kualitas suara yang kasar, kurang
jelas, dan menunjukkan ketegangan di pita suara. Tangisan mereka pun
lebih tinggi dan lebih bervariasi liar. Pada saat anak-anak tiga tahun,
tiga dari mereka telah didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme.
Ketiga anak memiliki nada tangisan tertinggi di kelompoknya.
Para peneliti belum jelas apakah perbedaan itu dapat dirasakan oleh
telinga manusia, sehingga mereka belum percaya jika orangtua harus
memberikan perhatian khusus ke nada tangisan bayi mereka. Namun, temuan
itu membutuhkan tindak lanjut karena gejala klasik dari autisme,
seperti kesulitan berinteraksi dengan orang lain, sulit didiagnosis
sebelum usia dua tahun.
Yang jelas adalah menandai kondisi awal mungkin berarti intervensi bisa
dilakukan lebih baik sehingga meningkatkan kualitas kehidupan anak.
"Autisme tampaknya menjadi gangguan yang dimulai perlahan-lahan dan
makin jelas dengan bertambahnya usia,” kata Stephen Sheinkopf. "Semakin
cepat kita dapat campur tangan, kita bisa membuat perubahan jangka
panjang yang bermanfaat untuk anak,” lanjutnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar