Kultur membentuk komunitas di dunia maya semakin meledak semenjak
munculnya jejaring sosial. Di Indonesia trafik media jejaring sosial
terus naik dari waktu ke waktu.
Meski sedang menjadi tren, membuat platform media sosial bukan hal yang mudah.
"Kami
kembangkan selama setahun, buat sosial media. Itu tidak gampang," kata
Danny Oei Wirianto, Co-Founder MindTalk.com dalam peluncuran situs di
FX Mall, Jakarta, Rabu 14 November 2012.
Danny mengaku beberapa
kali kehilangan momentum untuk memperkenalkan situs yang telah mencapai
lebih dari 180 ribu pengguna di 190 negara. Kendala tersebut diamini
oleh Robin, salah satu partner Danny dalam mengembangkan situs ini.
Robin mengaku beberapa kali fitur andalan yang sedianya akan ditampilkan dalam situs terlanjur diadopsi oleh platform lain.
"Tiap
kali kami brainstroming antar programmer, beberapa fitur sudah ada di
Google +, Facebook atau produk lain," ujar Robin, yang merupakan
programmer situs. Dalam mengembangkan MindTalk ini melibatkan tiga
programmer.
Karena sering kecolongan ini, kemudian diantara
mereka sempat saling curiga. "Jangan-jangan ini ada mata-mata?,"
katanya setengah tertawa.
Hal ini juga yang kemudian menjadi alasan kenapa situs ini baru diluncurkan pada kali ini meski sudah selama setahun dibuat.
"Akhirnya
jawaban kami, tampilan sekarang yang berbeda. Kami buka biarkan saja
saat di-launching," ujar programmer asal Wonosobo, Jawa Tengah ini.
Komitmen Produk RI
Dengan
munculnya situs ini, kata Danny, mempunyai semangat untuk
memperkenalkan produk asli besutan orang Indonesia kepada pengguna
internet di luar negeri. Hal ini juga menjadi tantangan, karena selama
ini orang Indonesia cenderung kurang mengapresiasi produk lokal.
"Biasanya orang kita jika dengan produk luar lebih optimis daripada produk Indonesia, yang dianggap sebelah mata," ujarnya.
Awalnya,
saat mengembangkan konten, ia juga menganalisa bahwa tidak sedikit
pengguna internet Indonesia yang mengumpulkan informasi orang-orang
Indonesia yang berprestasi.
"Terus kami bertanya, apakah di
media lain itu bagaimana, ternyata bangga juga terhadap produk lokal,"
kata Danny. Akhirnya ia terus mengembangkan konten dan kini sudah mulai
diterima oleh pengguna di Indonesia.
Karena komitmennya untuk
menjaga situs ini agar tetap lokal, ia tidak ada rencana menjual situs
seperti halnya yang terjadi pada Koprol.
"Rencana jual tidak
mungkin, kami kendalikan situs. Kami buat ini kalau bisa selalu
Indonesia. Jangan sampai diacak-acak," tegasnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar