Belakangan
ini, rambutku sering mengalami kerontokan. Entah karena salah shampoo, atau
karena memang faktor umur yang makin hari makin lanjut yang menjadi alasan itu
terjadi. Pokonya rambut yang tergulai lemas di bantal sewaktu aku baru bangun tidur,
adalah saksi-saksi bisu ada hal yang tak wajar sedang terjadi pada diriku.
Rambut itu rontok helai demi helai. Makin lama rambutku yang rontok makin
banyak saja.
Aku tanya pada teman kantor, apa yang biasanya
menyebabkan kerontokan pada rambut. Tapi analisis, serta hipotesis mengenai
penyebab kerontokan rambut yang mereka utarakan, ternyata hampir sama dengan
dugaanku sebelumnya. “Salah shampo kali Ndah?” Ucap salah satu rekan kerjaku,
sambil mempraktekan gaya seorang model yang sedang keramas di iklan-iklan
produk shampo.
Beberapa
teman kantor yang ikut MLM (Multi Level Marketing), berlomba satu sama lain.
Untuk menjual produknya padaku. Untuk menghalangi kebotakan, jadi apa boleh
buat. Akhirnya ku beli juga beberapa produk kesehatan rambut yang mereka
tawarkan. Ada yang dipakai setelah keramas, ada yang dipakai sebelum keramas,
ada yang diminum sebelum tidur, apabila itu obat. Ada yang dimakan sebelum dan
sesudah makan. “Macam obat maag saja.” Kataku.
Aku
pilih produk yang ditawarkan Iwan, salah satu dari teman kantorku yang ikut
MLM. Beberapa hari memakai, produk yang ditawarkannya. Kerontokan rambutku
berangsur-angsur berkurang. Tapi saat aku telat, atau malah lupa memakai, atau
memakan produk itu. Helaian rambutku jatuh lemas, mereka telah kembali menjadi
korban di atas bantal tidur. Malah jumlahnya bisa jadi lebih banyak dari
sebelum aku memakai produk-produk itu. Karena alasan itu lah, aku memutuskan
bertanya kepada Iwan. Kepada orang yang telah menjual produknya padaku.
“Wan, gimana nih?
Produk kamu, giliran aku lupa pakai. Kok rontoknya lebih banyak?” Iwan
tersenyum, dan menjawab pertanyaanku dengan tenang.
“Itu wajar Ndah, orang
namanya juga obat. Kamu nggak teratur memakainya, kamu akan sakit lagi. Kamu
harus minum obat, dan jangan sekalipun melewatkan perawatan rambutnya sesuai
anjuranku. Aku yakin rambut kamu yang hitam, panjang, dan indah itu akan
kembali seperti semula. Dan aku jamin 100% nggak bakalan ada lagi rambut rontok
dalam kehidupanmu.” Jawaban seorang sales, aku dengar dari Iwan rekan kantorku.
“Tapi mau sampai kapan
Wan? Kan aku juga tidak bisa terus bergantung pada perawatan dan obat-obat
ini?”
“Kurang lebih sebulan.
Aku jamin rambut kamu bakalan berhenti rontok.”
“Serius?”
“Aku serius kalo
masalah ngejawab, apalagi ngejual sama nawarin produk yang ada padaku?”
“Maksudnya serius
rambutku bakalan berhenti rontok dalam sebulan?”
“Aku yakin 100% untuk
itu.”
“Nggak ada diskon ya?”
Iwan menganggukan kepalanya, tanda mengiyakan ucapanku. Aku berlalu kearah meja
kerjaku, untuk melakukan rutinitas harianku sebagai seorang sekertaris.
***
Minggu pertama, hasil menjanjikan berhasil ku raih.
Rambutku berhenti rontok, dan saat ku coba buat iseng-iseng berhenti memakai
produk dari Iwan. Tak ada masalah yang nampak, rambutku masih normal dan tak
ada kerontokan yang terjadi. Aku senang bukan kepalang karenannya. Tapi karena
Iwan bilang baru akan sembuh setelah sebulan pemakaian, aku masih terus
menggunakan produk perawatan rambut itu, dan meminum obat penunjangnya secara
teratur.
Teman-teman kantorku yang adalah anggota MLM lain, mulai
menawariku untuk membeli produk kesehatan rambut yang mereka tawarkan, apabila
produk Iwan tidak menawarkan hasil yang memuaskan.
“Ndah, produk yang kamu
beli dari Iwan minggu kemarin gimana hasilnya?”
“Bagus, aku puas.”
Ucapku sambil menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaan mereka. Merasa
sepertinya tidak akan berhasil menjual produknya padaku. Mereka pergi
meninggalkan ruangan kerjaku.
Aku menjawab sesuai yang ku alami, dan apa yang terjadi
dengan rambutku. Sejauh ini, produk yang ditawarkan Iwan telah berhasil
menjegah, dan mengurangi kerontokan rambutku yang beberapa minggu kebelakang
memang jadi masalah akut untukku. Rambut bagi seorang wanita, orang bilang
adalah mahkotanya. Dan mahkotaku sekarang-sekarang sudah tidak rontok lagi.
“Wan makasih ya.” Iwan
menatapku lekat, kemudian terbesit senyum aneh dari bibirnya.
“Ehm, bayarnya jangan
cuman pake makasih doang dong Ndah?”
“Terus apaan?”
“Mau jadi pacarku
nggak? Aku lagi jomblo?” Ucap Iwan, sedikit nyengir. Dengan senyum yang penuh
maksud.
“Aku pikir-pikir dulu
ya Wan, kalo udah nggak ada cowok lain di bumi ini. Aku baru mau pikirin
peluang kamu buat jadi pacarku, gimana? Okeh?” Aku meninggalkan ruang kerja
Iwan, dengan ekspresi wajah murung dari Iwan.
***
Seperti biasanya, jam lima pagi aku bangun dari
perjalanan mimpi ku. Tujuan pertama solat subuh, dan tujuan kedua adalah mandi,
ketiga dandan, keempat pergi ke kantor. Perjalanan yang macet, membuat pegawai
swasta seperti aku ini harus siap sebelum jam macet menjelang. Apalagi ini hari
senin, awal dari kegiatan banyak orang di minggu ini. Dan aku tidak tau mengapa,
semua orang seakan memiliki pikiran yang sama pada saat hari Senin mulai
menjelang. Pikiran untuk males-malesan.
Kagetku tak terkira, bagaimana bisa semua ini terjadi?
Sudah ada dua minggu semua serasa berjalan sesuai harapan. Tapi mengapa di
minggu ketiga, di awal minggu ketiga lebih tepatnya. Masalah muncul, dan tak
terkira akan bisa seheboh ini. Rambutku, mahkotaku yang beberapa minggu kebelakang
sudah mulai indah kembali, karena
kerontokannya berangsur-angsur berhenti. Mengapa hari ini, rontok lagi?. Jumlah
kerontokan memang tak sebanyak yang pernah aku alami, tapi mengapa sekarang
bisa rontok lagi?. Padahal sempat kupikir masalah kerontokan ini tak akan
pernah singgah lagi dalam hidupku. Tak rela aku melihat helaian rambut-rambutku
yang tergulai lemas di atas bantalku. Sungguh tak rela aku melihatnya.
Aku percepat semua persiapan kepergianku kekantor.
Mandiku, tidak selama biasanya. Dandan pun hanya ala kadarnya. Yang jelas saat
ini aku ingin cepat-cepat bertemu dengan seseorang yang sudah membohongiku.
Teman sekantorku yang telah menjual produk buruk kepada konsumen, akan ku
adukan dia beserta produk kesehatan rambutnya kepada YLKI. Biar tau rasa
mereka. Rambutku ini bukan anak bayi yang mau saja minum susu formula
berbahaya. Rambutku ini mau minum nutrisi yang baik untuk kesehatannya, bukan
perusak dari dalam dan membuat buruk rupanya.
***
“Wan?.” Bentakku
setibanya aku di hadapannya. Emosiku menuncak karena dua hal. Tuduhan karena
dia telah membohongiku, dan karena kemacetan yang sepertinya tidak pernah ada
solusi kongrit dari siapapun pemimpin kotanya.
“Ada apa Ndah?” Tanyanya
gelagapan.
“Ini barang kamu jelek.
Masa kemarin rambutku udah berhenti rontok, hari ini harus rontok lagi?” Iwan
seperti berfikir, keningnya berkerut, matanya fokus. Tindak tanduknya ini
seperti sedang berfikir keras, aku tidak tau dia sedang memikirkan penyebab
mengapa kerontokan rambutku ini bisa terjadi, atau mencari alasan supaya dia
bisa berkilah dari kesalahannya terhadap rambutku.
“Mungkinkah?” Sorak
Iwan mengagetkan ku.
“Mungkin apaan Wan?”
“Mungkin rambutmu
mengikuti musim Ndah?”
“Maksudnya?”
“Iya rambutmu mengikuti
musim?”
“Aku nggak ngerti?”
Ucapku sedikit emosi, karena jawaban bertele-tele dari Iwan.
“Iya aku yakin rambutmu
mengikuti musim Ndah. Sekarangkan lagi musim kerontokannya malu, dan moral para
pemimpin di Negeri ini? Jadi pikirku, rambutmu sedang berusaha mengambarkan
keadaan yang ada di Negeri ini.” Benar saja, sebuah jawaban, entah alasan, tercetus
mulus dari mulutnya Iwan. Aku yang sudah tak sudi melanjutkan pembicaraan pagi
dengannya, memalingkan tubuh dan hendak ke ruang kantor. Tapi belum sampai
pintu, suara Iwan memanggilku.
“Ndah… Ndah… Indah.”
“Apa?” Tanyaku tanpa
membalikan badan, aku sudah malas menatap wajahnya.
“Gimana tawaranku tempo
hari? Apa kamu berminat?”
“Nggak?” Teriakku
berlalu.
Bandung,
1 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar