
Sementara
Israel dan AS masih tidak sepenuhnya setuju pada "garis merah" yang akan
memicu respons militer, laporan itu mengatakan bahwa Israel sekarang
menyarankan serangan terbatas terhadap Iran.
Rothkopf,
mantan pejabat pemerintah era Clinton dan pakar hubungan internasional,
menyatakan dalam diskusi terbatas bahwa serangan skala kecil saat ini dipandang
sebagai opsi militer yang paling mungkin. Serangan tersebut, kata sumber itu,
kemungkinan hanya dilakukan selama beberapa jam melalui udara terhadap fasilitas
nuklir negara itu.
Selama
pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia di Moskow pada hari Kamis, Ketua
Knesset, Rivlin, yang memimpin delegasi Isarel, mengatakan bahwa persahabatan
antara Rusia dan Iran memungkinkan Rusia untuk mencegah Iran membuat senjata
nuklir. "Hanya Russia yang mampu menghentikan program nuklir Iran, tanpa
memerlukan sanksi atau gerakan militer," kata Rivlin. Namun Lavrov
menyergah, bagaimanapun, membantah kecurigaan Israel mengenai nuklir Iran.
"Sampai sekarang, belum jelas terbukti bahwa Iran bermaksud mengembangkan
senjata nuklir," katanya.
Ia
mempunyai logika sendiri mengapa Iran tak mungkin menyerang Israel. "Rusia
percaya bahwa Iran tidak berniat untuk menyerang Israel dengan senjata nuklir,
terutama ketika mempertimbangkan susunan penduduk Israel, yang mencakup jutaan
orang Arab dan Muslim," ucapnya.
Pada
hari Rabu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa
Barat berbohong ketika mengklaim bahwa sanksi ekonomi yang keras akan diangkat
jika mereka menghentikan program nuklir mereka. Dikutip oleh media Iran,
Khamenei mengatakan bahwa embargo dan sanksi yang dikenakan pada Iran bahkan
sebelum dunia mulai memprotes program nuklirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar